WASHINGTON- Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menyatakan, ekonomi dunia berada dalam bahaya akibat risiko krisis utang zona euro.
IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2012 menjadi 3,3%,turun dari prediksi sebelumnya 4%. Sedangkan,pertumbuhan ekonomi 17 negara zona euro akan susut 0,5% pada tahun ini dari 1,1%. Pertumbuhan ekonomi global bisa meningkat menjadi 3,9% pada 2013. “Pemulihan global terancam semakin meningkatnya ketegangan di wilayah euro dan kerapuhan di tempat lain,” jelas IMF dalam keterangan resminya, Selasa (24/1).
IMF memangkas pertumbuhan ekonomi Inggris menjadi 0,6% dari 1,6%. Jerman 0,3% pada tahun ini,turun dari perkiraan 1,3% pada September. Prancis diproyeksikan tumbuh 0,2%,turun dari 1,4%. Sementara, Amerika Serikat (AS) diprediksi tumbuh 1,8% berdasarkan kuatnya data domestik terbaru lapangan pekerjaan dan manufaktur.
Risiko krisis utang Eropa terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan sistem keuangan membuat IMF menyerukan agar pemerintah tidak terperosok dalam keadaan darurat fiskal. Langkah tersebut guna menghindari pemotongan pengeluaran berlebih yang dapat memperburuk situasi perekonomian. IMF menambahkan,kondisi keuangan saat ini telah memburuk, prospek pertumbuhan redup dan risiko penurunan telah meningkat.
AFP melaporkan, penurunan proyeksi pertumbuhan sebagian besar karena perekonomian kawasan Eropa diramalkan masuk ke dalam resesi ringan akibat naiknya imbal hasil obligasi. “Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang diprediksi melambat yang disebabkan buruknya lingkungan eksternal dan lemahnya permintaan internal,”imbuh IMF.Menurut IMF,pasar negara berkembang seperti Eropa tengah dan timur serta Asia juga bisa terkena dampak krisis utang zona euro.
IMF menambahkan, ekonomi dunia membutuhkan kebijakan tegas dan konsisten untuk memperbaiki lingkungan keuangan saat ini.Tiga syarat pemulihan yakni penyesuaian yang berkelanjutan namun bertahap,mudahnya likuiditas dan kebijakan moneter, serta memulihkan kepercayaan diri para pembuat kebijakan untuk bertindak.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, tantangan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% tahun ini semakin berat setelah gambaran ketidakpastian ekonomi dunia makin tinggi. Meski proyeksi laju pertumbuhan ekonomi dunia dikoreksi oleh IMF, pemerintah tetap berupaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri. “Jadi, memang memerlukan satu upaya besar,” tegas Menkeu di Jakarta kemarin.
Pemerintah optimistis target tersebut bisa tercapai. Berbekal fokus pada percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga. Pemerintah mengupayakan menggenjot pembangunan infrastruktur sebagai penopang ekonomi nasional. Terpisah, kepala ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menilai, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh IMF memberi sinyal pemburukan ekonomi dunia yang dipicu oleh krisis di Eropa.
Sementara bagi Indonesia, koreksi tersebut membuat pemerintah cukup sulit untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 6,7%. Meski demikian, Purbaya menyatakan bahwa masih ada harapan bagi pemerintah untuk mencapai target yang ditentukan. “Caranya harus chindya citra/ _mengoptimalkan semua mesin pertumbuhan,”kata Purbaya. wisnoe moerti
IMF memangkas pertumbuhan ekonomi Inggris menjadi 0,6% dari 1,6%. Jerman 0,3% pada tahun ini,turun dari perkiraan 1,3% pada September. Prancis diproyeksikan tumbuh 0,2%,turun dari 1,4%. Sementara, Amerika Serikat (AS) diprediksi tumbuh 1,8% berdasarkan kuatnya data domestik terbaru lapangan pekerjaan dan manufaktur.
Risiko krisis utang Eropa terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan sistem keuangan membuat IMF menyerukan agar pemerintah tidak terperosok dalam keadaan darurat fiskal. Langkah tersebut guna menghindari pemotongan pengeluaran berlebih yang dapat memperburuk situasi perekonomian. IMF menambahkan,kondisi keuangan saat ini telah memburuk, prospek pertumbuhan redup dan risiko penurunan telah meningkat.
AFP melaporkan, penurunan proyeksi pertumbuhan sebagian besar karena perekonomian kawasan Eropa diramalkan masuk ke dalam resesi ringan akibat naiknya imbal hasil obligasi. “Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang diprediksi melambat yang disebabkan buruknya lingkungan eksternal dan lemahnya permintaan internal,”imbuh IMF.Menurut IMF,pasar negara berkembang seperti Eropa tengah dan timur serta Asia juga bisa terkena dampak krisis utang zona euro.
IMF menambahkan, ekonomi dunia membutuhkan kebijakan tegas dan konsisten untuk memperbaiki lingkungan keuangan saat ini.Tiga syarat pemulihan yakni penyesuaian yang berkelanjutan namun bertahap,mudahnya likuiditas dan kebijakan moneter, serta memulihkan kepercayaan diri para pembuat kebijakan untuk bertindak.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, tantangan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% tahun ini semakin berat setelah gambaran ketidakpastian ekonomi dunia makin tinggi. Meski proyeksi laju pertumbuhan ekonomi dunia dikoreksi oleh IMF, pemerintah tetap berupaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri. “Jadi, memang memerlukan satu upaya besar,” tegas Menkeu di Jakarta kemarin.
Pemerintah optimistis target tersebut bisa tercapai. Berbekal fokus pada percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga. Pemerintah mengupayakan menggenjot pembangunan infrastruktur sebagai penopang ekonomi nasional. Terpisah, kepala ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menilai, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh IMF memberi sinyal pemburukan ekonomi dunia yang dipicu oleh krisis di Eropa.
Sementara bagi Indonesia, koreksi tersebut membuat pemerintah cukup sulit untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 6,7%. Meski demikian, Purbaya menyatakan bahwa masih ada harapan bagi pemerintah untuk mencapai target yang ditentukan. “Caranya harus chindya citra/ _mengoptimalkan semua mesin pertumbuhan,”kata Purbaya. wisnoe moerti
Survei CEO: Prospek Ekonomi Global Suram |
Thursday, 26 January 2012 |
DAVOS– Para pemimpin bisnis global memperkirakan tahun ini kondisi ekonomi dunia memasuki masa suram. Meski demikian, para chief executive officer (CEO) itu meyakini kinerja pertumbuhan perusahaan akan lebih tinggi dibanding pertumbuhan perekonomian global. Data terbaru yang dirilis PricewaterhouseCoopers (PwC) menyatakan, dari 1.258 CEO yang disurvei,48% meyakini perekonomian dunia akan menurun dalam 12 bulan ke depan. Sebaliknya, hanya 15% yang menyatakan ekonomi akan membaik. Dalam survey bertahjuk “15th Annual Global CEO Suvey” tersebut terungkap,keyakinan membaiknya kinerja perusahaan menunjukkan bahwa para CEO telah belajar bagaimana mengelola bisnis dalam melewati masa ekonomi yang sulit dan bergejolak. ”40% CEO mengatakan mereka ‘sangat yakin’ dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan mereka dalam 12 bulan ke depan, turun dibanding tahun lalu yang 48% -meskipun masih lebih tinggi dari 31% yang ‘sangat yakin di 2010,” kata PwC dalam siaran persnya yang diterima SINDOkemarin. Keyakinan terhadap pertumbuhan perusahaan juga dapat dilihat dari pendapat para CEO di seluruh dunia yang mengharapkan untuk meningkatkan jumlah karyawannya dalam 12 bulan ke depan. Hanya saja, penerimaan tenaga kerja lebih banyak didominasi sektor hiburan dan media dibanding sektor lainnya. Menurut PwC, penurunan keyakinan terbesar dakui oleh para CEO yang berpusanaanya beroperasi di kawasan Eropa Barat.Maklum,kawasan tersebut sedang dilanda krisis utang. Hanya seperempat CEO dari Eropa yang mengatakan bahwa mereka sangat yakin pertumbuhan pendapatan usahanya. Imbas krisis utang juga berdampak pada keyakinan para CEO di China. Di Negeri Panda itu,hanya 51% CEO merasa optimistis dalam berbisnis.Bandingkan dengan survey serupa tahun lalu di mana sebanyak 72% CEO di China yakin dengan pertumbuhan perusahannya. Secara umum, survei tersebut memperlihatkan adanya beberapa kekhawatiran yang dialami para CEO. Sebanyak 80% responden menyataan khawatir tentang pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu, 64% khawatir terkait kestabilan pasar modal dan 66% mengkhawatirkan defisit fiskal pemerintah dan beban utang.Di samping itu kekhawatiran para CEO juga terjadi di sektor keuangan dan peraturan pemerintah. “Keyakinan CEO jelas menurun saat mereka berurusan dengan resesi. CEO kecewa dengan jalannya perekonomian global dan langkah pemulihannya. Optimisme yang telah terbangun dengan hati-hati sejak tahun 2008 mulai surut,” kata Dennis M Nally,Pimpinan PwC yanto kusdiantono _Internasional. |


Apa penyebabnya pemulihan ekonomi itu bisa terancam?
BalasHapusadakah dampaknya untuk ngara indoneesia ?
BalasHapusadakah dampak negatif dan positif dari hal ini terhadap ekonomi dunia?
BalasHapusbagaimana cara pencegahan agar ekonomi tidak lagi terancam?
BalasHapusdampak apa yg dapat muncul di indonesia jika ekonomi terancam?dan bagaimana cara mengatasinya?
BalasHapus